Usia 28

Tulisan pertama di blog ini, sekaligus hari pertama Adis memasuki usia 28. 5 tahun yang lalu, kita berfikir usia 28 itu menakutkan. Mungkin saat itu kita berharap agar tidak cepat-cepat usia 28. Sisa 2 tahun lagi menuju kepala 3 dengan segala peran dan tanggung jawabnya. Saat ini kita mulai mengerti mengapa saat itu kita berfikir demikian – karena bisa dibilang, saat itu, hidup sedang bahagia-bahagianya. Adis, dan segala mimpinya, sedang berapi-apinya.

Mungkin dulu kita bertanya apakah nanti di usia 28, kita masih akan sebahagia itu? Apakah nanti di usia 28, kita masih dikelilingi orang yang sama dengan yang ada di sekeliling kita di awal usia 20an? Apakah nanti di usia 28, kita masih akan jatuh cinta dengan hidup?

Jawabannya mungkin iya, mungkin tidak. Dan itu bukan jawaban yang menyedihkan.

Di usia 28, mungkin akan ada banyak hal yang tidak sebahagia seperti apa yang kita pernah lewati sebelumnya. Atau mungkin nanti, definisi bahagia itu sendiri yang akan semakin luas. Mungkin tidak akan sebahagia pada masa itu, tapi akan ada lebih banyak orang yang menjadi bagian dari kebahagiaan kita. Mungkin akan banyak hal baru yang menjadi sumber bahagia kita.

Di usia 28, mungkin masih ada yang menemani dan melihat si -lazy-queen-pada-masanya ini bertumbuh menjadi lebih dewasa. Tapi jika ada yang memilih pergi pun, tidak apa-apa. Mari kita bukakan pintu dengan penuh syukur dan berterima kasih untuk semua cerita yang pernah dibagi. Kalau akhirnya kita yang memilih untuk pergi pun juga tidak apa-apa, kan? Tapi percayalah, akan selalu ada ruang khusus untuk orang-orang yang pernah ada.

Tapi untuk segala kemungkinan yang ada di usia 28 ini, semoga kita tidak akan pernah berhenti jatuh cinta dengan hidup. Semoga mata yang berbinar, senyum yang lebar, dan cerita yang tidak pernah ada habisnya itu akan tetap ada. Dear Adis, mari berharap di usia 28 ini, akan semakin banyak kebahagiaan yang kita bisa bagikan dengan siapapun yang kita pilih, dan yang juga memilih kita.